Papandayan, Switzerland Van Java

Hasil gambar untuk papandayan










Saat itu waktu menunjukkan pukul 02.30 WIB. Sudah banyak orang yang berlalu-lalang di Terminal Guntur Garut. Ada supir bus, kenek angkot dan ibu-ibu yang berjualan di pinggiran terminal Guntur.
Terminal Guntur merupakan meeting point sebelum melanjutkan perjalanan ke Cisurupan. Biasanya para pendaki, atau backpacker selalu menjadikan Terminal Guntur sebagai meeting point.

Sambil menunggu teman-teman yang lain datang dari Jakarta, kami beristirahat di masjid terminal Guntur. Setelah teman-teman yang lain datang kita bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Cisurupan. Perjalanan dari terminal Guntur ke Cisurupan akan ditempuh kurang lebih satu jam perjalanan.

Sedikit mengulas, Gunung Papandayan merupakan gunung api strato yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 kilometer sebelah tenggara Kota Bandung.

Gunung Papandayan merupakan gunung yang cukup landai, dan sangat cocok untuk pendaki pemula. Karena rute yang akan ditempuh tidak begitu terjal dan jaraknya cukup dekat, tapi tetap butuh kehati-hatian pada saat melakukann pendakian.

pemandangan puncak papandayan

Hasil gambar untuk pemandangan puncak gunung papandayan

Setelah satu jam perjalanan sampailah di Desa Cisurupan. Desa Cisurupan adalah check point kedua setelah terminal Guntur. Waktu masih menunjukkan sekitar pukul 05.00, biasanya para pendaki berkumpul dan melakukan shalat subuh di Masjid Cisurupan.

Setelah shalat subuh dan melakukan cek ulang persiapan, kita bersiap-siap naik ke Colt Buntung yang biasa disewakan oleh penduduk setempat. medan yang di tempuh dari Cisurupan masih berlubang dan banyak batu-batuan. Tapi seiring dengan pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah setempat saat ini medan sudah cukup bagus karena baru diaspal.

Setelah cukup beristirahat untuk memulai pendakian, kira-kira pukul 08.00 kita memulai pendakian. Diawali dengan doa dan semangat kami membentuk lingkaran untuk berdoa.

Kawah Papandayan Merupakan komplek gunung berapi yang masih aktif seluas 10 Ha.

 Hasil gambar untuk kawah gunung papandayan 
Wuuuuussssshhhhh…!
Jangan heran kalo denger suara itu. Itu adalah suara dari kawah Papandayan yang masih aktif, suara tersebut berasal dari lubang-lubang magma yang besar maupun kecil yang ada di kawah papandayan. Sesekali bau belerang akan menusuk hidung. Jadi buat kalian yang akan mendaki Gunung Papandayan, sangat disarankan untuk membawa masker bahkan kacamata untuk melindungi hidung dan mata pada saat melewati kawah papandayan. Mungkin pada pagi hari asap belerang belum begitu tebal dan menusuk hidung, tapi semakin siang atau sore asap tersebut akan semakin tebal.
Kira-kira satu jam perjalanan kita melewati kawah Papandayan, jangan salah dan jangan pernah menyepelekan jalur ya teman-teman. Walaupun Papandayan merupakan gunung yang landai, medan pertama yang akan ditempuh cukup lumayan lhoo, karena didominasi oleh batu-batuan dan menanjak cukup terjal.
Cukup lelah juga lho satu jam perjalanan dari Camp David sampai pos 1. Waktunya istirahat sejenak di pos 1.
Dibandingkan dengan dulu, tahun 2012, belum ada “mamang-mamang” yang berdagang di atas kawah Papandayan, mungkin cuma ada satu warung yang berdiri di Pondok Saladah. Cuma untuk saat ini kalian jangan kaget dan jangan takut kehabisan bahan makanan di Pondok Saladah karena udah ada beberapa warung yang standby di atas (tapi siap-siap aja harganya 2x lipat yaa..).
Perjalanan kita lanjutkan kembali. Mungkin butuh satu sampai dua jam lagi (treking santai) untuk sampai ke Pondok Saladah untuk mendirikan tenda. Setelah ini jalanan yang ditempuh cukup enak karena kalian bakal dapet “bonus” alias medannya menurun. Kalian akan menemukan aliran sungai kecil, lumayan untuk cuci tangan atau cuci muka sambil liat pemandangan sekitar yang mirip gunung di Switzerland.
Kalau kalian beruntung, atau Open Trip yang bawa kalian ke Papandayan tau kalian bisa belok ke arah kiri sebelum belokan ke arah kanan menuju Pondok Saladah. Coba kalian belok ke kiri sedikit, kalian akan menemukan air terjun kecil di balik batu-batuan. Gak semua orang tau air terjun kecil ini, tapi ada beberapa yang tau dan suka mendirikan tenda di depannya.
Sabar, kira-kira satu jam lagi kalian akan sampai di Pondok Saladah. Tinggal menempuh jalanan berbatu, belok ke kiri kalian akan menemukan Pos 2 untuk registrasi ulang. Setelah registrasi ulang kita melanjutkan perjalanan yang kurang lebih tinggal 20-30 menit lagi dan sampai di Pondok Saladah.

Akhirnyaaaaa, Pondok Saladah.
Pondok Saladah. Dok. Anindya Andari 

 

Kampung pendaki di Papandayan. Ketika weekend Pondok Saladah sudah pasti ramai.
Kita beristirahat sejenak baru mulai mendirikan tenda lalu memasak untuk makan siang.
Waktu itu cuaca sedang kurang bersahabat, pukul 10.30 kabut mulai turun dan mulai turun hujan sampai sore. Alhasil kita hanya di dalam tenda, dan sesekali hujan reda keluar untuk membuat selokan kecil agar aliran air mengalir.
Tegal Alun, Cireng bumbu Rujak, Pagi yang sempurna.
Pukul 05.00 alarm bunyi, “siapa sih yang tadi alarmnya ga jelas pisan.. gandeng tau”, kata salah satu temen yang kaget karna bunyi alarm yang saya pasang.

Gosok gigi, cuci muka, kumur-kumur pake listerin udah cukup kece buat kita anak-anak gunung. Tapi kalian jangan takut, sekarang di Papandayan udah ada WC umum hasil sumbangan dari mahasiswa pecinta alam. Jadi kalian juga bisa mandi di atas gunung, hahaa. (pendaki kebangetan namanya…), tapi jangan harap kalian bisa mandi, bahkan untuk mengantri saja panjangnya super panjang, untuk sekedar buang air kecil saja harus mengantri mungkin sampai setengah jam.

Trek yang di tempuh cukup terjal, menanjak, batu-batuan, licin, harus saling ngalah kalau papasan sama pendaki lain.

Sebelum sampai ke Tegal Alun kita akan melewati “Hutan Mati”. Hutan Mati adalah sisa erupsi gunung papandayan. Mungkin kedengeran serem, tapi waktu kalian sampai disana kalian akan terkagum dengan keindahannya, apalagi kalau sudah turun kabut, suasananya bakal kaya di film-film.
Tegal Alun adalah padang rumput cantik penuh Bunga Edelweis. Di Tegal Alun, sesekali turun kabut dan menghilang kembali.

Jangan sembarangan dipetik ya teman-teman. Di Tegal Alun kita menghabiskan waktu beberapa jam sambil sarapan pagi. Sambil menikmati tawa-tawa riang pendaki lainnya yang terdengar dari kejauhan.

Cireng bumbu rujak dan roti maryam …..!
Kurang sempurna apa pagi ini, ditemani obrolan ringan tapi hangat bersama teman-teman sambil menggoreng cireng bumbu rujak yang kita bawa dari Bandung. Sesekali memanggang roti maryam yang diolesi selai srikaya dan cokelat ditambah secangkir milo dan cappucino hangat.

Diselingi tawa-tawa ringan, dan bully-an ringan, pagi itu rasanya “perfect amat ya..” karena ini adalah cireng, roti maryam dan milo hangat terenak.

Tepat pukul 12.00 sebelum kabut dan hujan turun kami bersiap turun ke bawah. Sore itu kabut cukup tebal saat setengah perjalanan.
Sesampainya kembali di Terminat Guntur kita berpisah dengan teman dari Jakarta. Sampai jumpa lagi teman-teman, sampai bertemu di pendakian selanjutnya.


salam lestari


sumber : travelnatic.com

 



loading...

Hobi Nonton Bioskop Drama Korea dan Genre Lainya Cek Disini
Cinema313

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Papandayan, Switzerland Van Java"

Posting Komentar